Hampir Dua Tahun Kasus Virendy Marjefy Wehantouw Belum Ada Titik Terang, Ada Apa!

MAKASSAR, RRN – Hampir 2 (dua) bulan berlalu peristiwa kematian Virendy Marjefy Wehantouw (19), Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Hasanuddin (Unhas) yang tewas secara tragis pada Jumat (13/01/2023) malam saat mengikuti kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) dan Orientasi Medan (Ormed) XXVII UKM Mapala 09 FT Unhas di wilayah Maros – Malino (Gowa).

Namun hingga Selasa (07/03/2023) hari ini, selain penanganan kasusnya di pihak Kepolisian Resor (Polres) Maros belum ada titik terang, Juga belum ada sama sekali realisasi dari janji-janji pihak Unhas yang hendak datang secara kelembagaan menemui orangtua atau keluarga almarhum Virendy untuk membahas segala hal dan apa yang menjadi keinginan keluarga sebagai bentuk pertanggung jawaban Unhas.

Bacaan Lainnya

Kuasa hukum keluarga almarhum Virendy, Yodi Kristianto, SH, MH saat dihubungi awak media ini Selasa (07/03/2023) mengemukakan, sikap arogan dan keras hati yang ditunjukkan Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc beserta pejabat terkait di jajarannya dan terkesan tidak mau bertanggung jawab terhadap kematian mahasiswanya ini, sangat disesalkan oleh keluarga besar almarhum.

“Tidak adanya tanggung jawab inilah sehingga pihak keluarga besar almarhum Virendy pun menilai Rektor dan sejumlah petinggi Unhas tak punya rasa kemanusiaan. Dengan penuh dukacita yang mendalam, Keluarga besar almarhum hanya bisa pasrah menerima perlakuan tersebut dan mendoakan semoga peristiwa seperti ini tidak mereka (rektor dan para petinggi Unhas maupun keluarganya) alami kelak di kemudian hari,” ucap Yodi.

Menurut pengacara muda itu, sebenarnya untuk menyelesaikan dengan baik kasus kematian Virendy ini bukanlah hal yang sulit jika saja para petinggi kampus merah tersebut dan khususnya Rektor Unhas mau rendah hati dan melakukan mediasi atau pendekatan persuasif kemanusiaan kepada keluarga almarhum yang notabene juga adalah alumni Unhas dan tentunya merupakan keluarga besar Unhas.

Yodi menerangkan pula, dalam pemberitaan beberapa media, Kabag Humas Unhas (kala masih dijabat Supratman) sendiri yang mengumbar-umbarkan bahwa pihak Unhas akan datang secara kelembagaan melakukan pertemuan dengan orang tua almarhum untuk membahas segala hal yang diinginkan pihak keluarga sebagai bentuk pertanggung jawaban Unhas.

Bahkan Dekan Fakultas Teknik Unhas Prof Dr Muhammad Isran Ramli, ST, MT dalam wawancara ‘live’ (siaran langsung) dengan reporter TvOne, secara gamblang menegaskan bahwa duka yang dialami keluarga almarhum Virendy adalah juga duka bagi Unhas. Kemudian menyatakan pula bahwa komunikasi dengan keluarga almarhum akan berjalan lancar dan tidak ada hambatan karena orang tua almarhum adalah alumni Unhas dan tentunya merupakan keluarga besar Unhas.

Pernyataan Kabag Humas Unhas dan penegasan Dekan FT Unhas itulah yang ditunggu realisasinya. Karenanya tolong pihak Unhas melakukan intropeksi diri, apakah sudah pernah datang secara khusus atau kelembagaan menemui orang tua almarhum Virendy untuk membahas terkait berbagai hal seperti yang diumbar-umbarkan lewat pemberitaan media-media. Benarkah duka keluarga adalah juga menjadi duka Unhas ?

“Saya pribadi merasa sangat prihatin melihat apa yang dialami keluarga almarhum Virendy. Ibarat peribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Artinya duka mendalam akibat tewasnya Virendy telah mereka terima, dan kemudian harus ditambah lagi menanggung beban baik moril maupun materiil. Padahal pihak Unhas selaku institusi yang paling bertanggung jawab atas peristiwa kematian mahasiswanya, seharusnya sangat diharapkan membantu meringankan beban keluarga dan bukannya justru memperlihatkan sikap tak perduli serta terkesan lepas tangan dengan berpolemik dan membuat pencitraan lewat penggiringan opini publik di media-media,” paparnya.

“Sejumlah biaya cukup besar harus menjadi beban keluarga untuk penanganan mayat almarhum Virendy mulai dari ruang IGD, kamar jenazah, Rumah Duka Kasih di RS Grestelina, kemudian dibawa ke rumah Telkomas guna disemayamkan selama beberapa hari hingga dimakamkan Senin (16/01/2023) dan pelaksanaan otopsi Kamis (26/01/2023) di Pekuburan Kristen Pannara, maupun rencana membangun permanen dan mengatapi makamnya,” ungkap Yodi.

Menanggapi pernyataan dan penilaian kuasa hukum keluarga almarhum Virendy, Kepala Bagian (Kabag) Humas Unhas, Ahmad Bahar yang dihubungi awak media ini via pesan singkat WhatsApp (WA) pada Selasa (07/03/2023) siang, membantah jika disebutkan pihak Unhas tidak perduli atas wafatnya Virendy Marjefy Wehantouw yang tewas saat mengikuti kegiatan Diksar & Ormed XXVII UKM Mapala 09 FT Unhas pada pertengahan Januari lalu.

“Tidak benar kalau disebutkan Unhas tidak perduli atas wafatnya Virendy. Karena waktu di rumah sakit, pak Dekan datang. Ke rumah duka juga Direktur Kemahasiswaan, mewakili Rektor juga datang,” kata Ahmad Bahar sembari menunjukkan sebuah foto suasana sejumlah orang sedang melayat jenazah di rumah duka.

Ahmad Bahar juga mengemukakan, perihal tudingan terhadap Unhas tersebut sudah diklarifilasi melalui pemberitaan sejumlah media sejak 22 Februari 2023. Menurutnya banyak media yang memuat klarifikasi tersebut. Ia pun mengirimkan 1 link berita media online yang berjudul “Rektor Unhas Dituding Tidak Peduli Anggota Mapala yang Meninggal, Prof Anwar Borahima Beber Faktanya”.

(Adam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *