TEGAL, RRN—Melestarikan budaya lokal yang sekaligus memperkuat karakter lokal budaya tradisional setempat, diperlihatkan di TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 105 Kodim 0712/Tegal di Desa Jatimulya Kec. Suradadi Kab.Tegal.
TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) disamping membangun daerah terpencil dan terisolir dalam progresnya sasaran fisik, sasaran non fisik juga diperlihatkan tidak hanya berupa penyuluhan dan sosialisasi baik wawasan kebangsaan maupun kegiatan teori lainnya, namun dipraktekan secara langsung yang mengena dalam kehidupan masyarakatnya.
Hal tersebut, seperti yang dilakukan TMMD 105 Kodim 0712/Tegal ini, yang turut serta membantu kesulitan masyarakatnya dalam hal melestarikan budaya lokal “Batik Tulis”, kerajinan tangan lokal masyarakat Desa Jatimulya, Suradadi, Tegal.
Berawal dari keluhan sejumlah pembatik karena sulitnya kerajinan tangan mereka dipasarkan akibat dampak dari modernisasi sarana dan prasarana yang modern, dan ditambah lagi rendahnya minat para generasi muda setempat terhadap batik tulis tersebut.
Hal tersebut, diungkapkan Warniti (42) warga Dukuh Grogolan RT.01 RW.05 Desa Jatimulya, Suradadi, Tegal. Sudah belasan tahun membatik, namun pemasarannya sangat sulit baik dipasaran lokal Tegal maupun regional Jawa Tengah.
Dikatakan, hal tersebut dikarenakan menurunnya minat masyarakat akan kerajinan lokal khususnya batik tulis ini.
Warniti mengaku, dari hasil karyanya dalam sebulan, hanya mampu menghasilkan dua lembar kain siap jual, dengan penghasilan bersih 150 ribu rupiah. Tentu jumlah yang sangat kecil untuk melestarikan kerajinan warisan leluhur ini, ditambah pembinaan bagi remaja dan pelajar yang masih minim dan bahkan nyaris tidak ada.
“Untuk satu produk, biasanya saya selesaikan dalam dua minggu. Untuk harganya antara 150 ribu rupiah hingga 250 ribu rupiah per lembar,” ucapnya, Sabtu (20/7/2019).
Sementara itu, Babinsa Jatimulya Koramil 05/Suradadi Kodim 0712/Tegal, Serda Mursidi yang tergabung dalam Satgas TMMD 105 ini, menyampaikan,
kerajinan tangan ini adalah identitas kita, jangan sampai tergerus dan punah.
“Kerajinan batik tulis ini merupakan suatu pesan moral terkait pelestarian budaya lokal. Melestarikan kekayaan lokal dan budaya desa agar tidak terkikis zaman. Terlebih dalam era digital saat ini, masyarakat desa, terutama remaja dan pemuda rentan mendapat pengaruh budaya asing”, jelasnya.
Babinsa berharap, semua pihak terkait perlu dilibatkan dalam melestarikan dan menjaga budaya lokal ini, Salah satu yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakatnya. Melalui berbagai pelatihan, masyarakat tersebut dapat diberikan pengetahuan lebih luas terkait budaya khususnya budaya sendiri. Mereka juga diajari untuk dapat mengembangkan desa tanpa mengesampingkan keberadaan adat-istiadat desa”, terangnya.
“Budaya tradisional harus dilestarikan. Ini adalah identitas kita, jangan sampai tergerus dan punah,” ujarnya.
Untuk itu, iapun mengingatkan, ketika melakukan pembangunan desa harus mempertimbangkan adat istiadat lokal. Apalagi desa ini memiliki potensi besar di bidang kerajinan tangan batik tulis ini. Dengan adanya beragam budaya yang sangat kental, bisa dikembangkan dan dipromosikan sehingga dapat menarik masyarakat luas. “Tinginya potensi ekonomi desa dapat meningkatkan perekonomian desa,” ujarnya.
“Dengan kegiatan TMMD ini, kami bersama rekan-rekan dari media, akan membantu memperkenalkan batik tulis Jatimulya ini ke khalayak umum, agar kerajinan batik ini dapat lebih dikenal masyarakat.
Sehingga batik tulis Jatimulya dapat mendapat tempat dihati masyarakat baik lokal, regional maupun nasional. Dan bila berkembang pesat, nantinya juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat”, pungkasnya.
(Eka W)